DARITIMUR.ID – Anang Hermansyah dan Istrinya Ashanty meminta maaf pasca peristiwa supporter sepakpola menyorakinya di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Senayan Jakarta Pusat, Selasa (11/6/2024).
Seperti diketahui bersama, pasangan selebriti tersebut disoraki suppporter usai kemenangan Indonesia atas Filipina.
Para supporter menilai, lagu yang dibawakan pangan selebriti tersebut yaitu Gebyar-gebyar dan Rindu kurang tepat merayakan kemenangan Indonesia.
Anang Hermansyah menanggapi suasana tersebut pada akun IG pribadinya Anang Hijau.
“Assalamualaikum Warahmataullahi Wabarakatuh. Kami Anang Ashanty beserta manajemen mengucapkan permohonan maaf yang sedalam-dalamnya kepada para pendukung sepak bola Tanah Air… Sedikit kami luiruskan ceritanya agar tidak terjadi kesalahpahaman,” tulis Anang dikutip dari akun Instagram @ananghijau, Rabu (12/6/2024).
“Kami di sini bukan menawarkan diri, namun diminta untuk menjadi pengisi acara di tanggal 11. Suatu kebanggaan saat ditawari mengisi acara ini, walau jauh di lubuk hati kami yang paling dalam ada perasaan khawatir karena merasa lagu-lagu kami tidak cocok nyanyi di acara tersebut,” lanjutnya.
Anang Hermansyah juga menjelaskan terkait situasi di stadion yang tak memungkinkannya untuk melanjutkan penampilan bersama Ashanty.
“Ketika lagu pertama berakhir, ‘Kebyar-kebyar’, kami sudah meminta untuk sudah disetop saja lagu kedua (‘Rindu Ini’)… Namun mungkin karena panitia acara juga mempersiapkan acara tersebut dan sudah di-acc, mereka melanjutkan sesuai dengan rundown acara…,” kata Anang lagi menjelaskan.
“Dan minus one terus diputar sampai akhirnya kami beberapa kali menoleh minta stop, dan kami akhirnya ke belakang meminta HT panitia untuk setop,” jelasnya.
Selanjutnya, Anang meluruskan bahwa dirinya dan Ashanty memilih turun panggung bukan karena diminta untuk berhenti, melainkan itu adalah keputusannya sendiri. Barulah setelah itu Anang mengakui kesalahannya pada malam itu. Terkait hal tersebut, Anang juga mengaku kurang mempelajari kultur yang seharusnya dilakukan saat berada dalam situasi tersebut.
“Jadi bukan diberhentikan, tetapi kami yang meminta dihentikan karena suasana yang kami lihat sudah tidak sesuai momentum. Kami berharap sekali saat pemain ada di lapangan, kami diinfo atau di-brief,” terang Anang.
“Balik lagi, ini juga salah kami yang seharusnya mempelajari kultur dan budaya apa yang harus dilakukan saat terjadi hal ini,” pungkasnya. ***