Israel berencana akan “menghancurkan infrastruktur strategis Houthi dan menargetkan para pemimpin seperti yang mereka lakukan terhadap pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, dan Yahya Sinwar, serta pemimpim Hizbullah Hassan Nasrallah.
KAIRO —
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, pada Senin (23/12), secara terbuka untuk pertama kalinya mengklaim bertanggung jawab atas pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, pada 31 Juli 2024 di Iran. Pernyataan tersebut diperkirakan akan membuat semakin panasnya hubungan antara Teheran dan Israel di tengah konflik Gaza dan Lebanon. Keduanya diketahui telah lama menjadi musuh bebuyutan.
“Saat ini, ketika organisasi teroris Houthi menembakkan rudal ke Israel, saya ingin menyampaikan pesan yang jelas kepada mereka: Kami mengalahkan Hamas, kami mengalahkan Hizbullah, kami melumpuhkan sistem pertahanan Iran dan merusak sistem produksinya, kami menggulingkan rezim Assad di Suriah, kami memberikan pukulan telak pada poros kejahatan, dan kami juga akan memberikan pukulan telak kepada organisasi teroris Houthi di Yaman, yang menjadi target terakhir,” ujar Katz.
Israel berencana akan “menghancurkan infrastruktur strategis mereka dan menargetkan para pemimpin mereka—seperti yang kami lakukan terhadap Haniyeh, [Yahya] Sinwar, dan [Hassan] Nasrallah di Teheran, Gaza, dan Lebanon—kami akan melakukan hal yang sama di Hodeidah dan Sana’a,” ujar Katz dalam sebuah acara malam penghormatan bagi personel kementerian pertahanan.
Kelompok yang didukung Iran di Yaman tersebut dalam setahun terakhir terus menyasar kapal-kapal komersial yang beroperasi di Laut Merah sebagai upaya untuk melakukan blokade laut terhadap Israel. Houthi mengatakan aksi tersebut dilakukan sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina dalam perang Israel di Gaza sejak Oktober 2023.
Pemimpin politik Hamas Palestina, Haniyeh, tewas di Teheran dalam sebuah pembunuhan. Iran menuding Israel sebagai pelakunya. Saat itu, Israel tidak secara langsung mengklaim bertanggung jawab atas pembunuhan Haniyeh.
Haniyeh, yang biasanya bermarkas di Qatar, menjadi wajah diplomasi internasional Hamas saat perang yang dipicu oleh serangan yang dipimpin Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober berkecamuk di Gaza.