DARITIMUR.ID – Gunung Lewotobi Laki-Laki di Nusa Tenggara Timur kembali mengalami erupsi pada Kamis, 27 Juni 2024, pukul 21.29 WITA.
Letusan ini merupakan yang ke-16 kalinya dalam sepekan terakhir, menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik yang signifikan.
Menurut laporan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melalui aplikasi MAGMA Indonesia, tinggi kolom abu yang teramati mencapai sekitar 1.000 meter di atas puncak gunung, atau sekitar 2.584 meter di atas permukaan laut.
Baca Juga
Kolom abu ini berwarna kelabu dengan intensitas tebal, bergerak ke arah barat daya dan barat.
Erupsi ini terekam jelas di seismograf dengan amplitudo maksimum 47,3 milimeter dan durasi letusan selama 285 detik.
Berdasarkan laporan aktivitas gunung api dari MAGMA Indonesia, Gunung Lewotobi Laki-Laki saat ini berada pada tingkat aktivitas Level III (Siaga).
Pengamatan kegempaan yang dilakukan pada 27 Juni 2024 antara pukul 12.00 hingga 18.00 WITA menunjukkan adanya beberapa aktivitas seismik, antara lain:
- Dua kali gempa guguran dengan amplitudo 3,7 hingga 5,1 milimeter dan durasi 22 hingga 44 detik.
- Satu kali gempa hembusan dengan amplitudo 17,7 milimeter dan durasi 34 detik.
- Lima kali gempa vulkanik dangkal dengan amplitudo 3,7 hingga 5,9 milimeter dan durasi 8 hingga 9 detik.
PVMBG mengimbau masyarakat yang berada di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki serta para pengunjung atau wisatawan untuk tidak melakukan aktivitas apapun dalam radius 3 kilometer dari pusat erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki dan Gunung Lewotobi Perempuan.
Selain itu, area dengan radius 4 kilometer ke arah barat laut, utara, dan selatan-tenggara dari pusat erupsi juga harus dihindari.
Selama tahun 2024, MAGMA Indonesia telah mencatat total 1.292 letusan atau erupsi gunung api di seluruh Indonesia.
Di antara semua gunung api, Gunung Semeru di Jawa Timur tercatat memiliki jumlah letusan terbanyak dengan 558 kali letusan. Sementara itu, Gunung Lewotobi Laki-Laki menempati posisi kedua dengan 257 kali erupsi.
Aktivitas vulkanik yang tinggi ini menunjukkan betapa pentingnya kesadaran dan kewaspadaan masyarakat serta pihak berwenang dalam menghadapi potensi bencana alam.
Dengan adanya pemantauan yang terus menerus dan sistem peringatan dini, diharapkan dapat meminimalisir dampak dari erupsi gunung berapi dan melindungi keselamatan warga sekitar.
***