Diplomat Iran Majid Takht-Ravanchi, yang menjabat sebagai wakil politik Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi, dijadwalkan mewakili Iran dalam pembicaraan pada Jumat.
Teheran, Iran —
Iran siap bertemu dengan Prancis, Jerman dan Inggris pada Jumat (29/11) untuk membicarakan program nuklirnya setelah ketiga negara tersebut bersama Amerika Serikat meminta badan pengawas atom Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar mengeluarkan kecaman kepada Teheran.
Kecaman yang dirilis pekan lalu ditentang oleh Teheram. Namun para pejabat Iran telah mengisyaratkan kesediaan untuk terlibat dengan pihak-pihak lain menjelang kembalinya Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump. Pemerintahan Trump sebelumnya menerapkan kebijakan “tekanan maksimum” terhadap Republik Islam tersebut.
Diplomat Iran Majid Takht-Ravanchi, yang menjabat sebagai wakil politik Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi, dijadwalkan mewakili Iran dalam pembicaraan pada Jumat.
Sebelumnya, Takht-Ravanchi akan bertemu dengan Enrique Mora, wakil sekretaris jenderal urusan luar negeri Uni Eropa, menurut kantor berita negara IRNA.
Pekan lalu, dewan gubernur Badan Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) PBB yang beranggotakan 35 negara mengadopsi resolusi yang mengecam Iran karena kurangnya kerja sama dalam masalah nuklir.
Resolusi tersebut diajukan oleh Prancis, Jerman, Inggris dan Amerika Serikat, dan secara aktif ditentang oleh Teheran.
Sebagai tanggapan, Iran mengumumkan peluncuran “sentrifugal canggih baru” yang dirancang untuk meningkatkan persediaan uranium yang diperkaya.
Kesediaan Teheran untuk duduk bersama ketiga negara Eropa terjadi segera setelah kecaman terjadi hanya beberapa minggu sebelum Trump dijadwalkan kembali ke Gedung Putih pada Januari 2025.
Selama masa jabatan pertamanya, Trump fokus pada penerapan sanksi berat terhadap Iran menyusul penarikan sepihak Amerika Serikat dari perjanjian nuklir pentig 2015, tiga tahun setelah perjanjian itu dibuat.
Perjanjian antara Teheran dan negara-negara besar tersebut bertujuan memberikan keringanan bagi Iran dari sanksi Barat yang melumpuhkan sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya guna mencegah negara tersebut mengembangkan senjata nuklir.