Satu tim penyelidik Amerika yang mencakup perwakilan dari Boeing, Selasa (31/12) memeriksa lokasi kecelakaan pesawat yang menewaskan 179 orang di Korea Selatan. Otoritas Korea Selatan melakukan inspeksi keselamatan semua pesawat Boeing 737-800 yang dioperasikan oleh maskapai penerbangan negara itu.
Semua kecuali dua dari 181 orang di dalam Boeing 737-800 yang dioperasikan Jeju Air, maskapai penerbangan murah Korea Selatan, tewas dalam kecelakaan hari Minggu lalu (29/12). Video memperlihatkan pesawat itu, tanpa roda pendaratan, mendarat darurat dengan lambungnya dan melaju keluar landasan pacu di Bandara Internasional Muan, di bagian selatan Korea Selatan. Pesawat itu berhenti setelah menabrak pagar beton dan terbakar.
Pesawat itu tampaknya mengalami gangguan mesin, dan pemeriksaan awal juga mengatakan bahwa pilot menerima peringatan tabrakan dengan burung dari pusat kendali darat, dan sempat mengeluarkan sinyal tanda bahaya. Tetapi banyak pakar mengatakan masalah roda pendaratan kemungkinan besar menjadi penyebab utama kecelakaan tersebut.
Inspeksi Keselamatan
Pemerintah Korea Selatan telah meluncurkan inspeksi keselamatan terhadap seluruh dari 101 pesawat Boeing 737-800 di negara itu. Kementerian Transportasi mengatakan pihak berwenang akan memeriksa catatan pemeliharaan dan operasi keselamatan hingga Jumat (3/1).
Kementerian itu mengatakan delegasi terdiri dari delapan penyelidik Amerika Serikat, satu dari Administrasi Penerbangan Federal, tiga dari Dewan Keselamatan Transportasi Nasional dan empat dari Boeing. Tim itu melakukan kunjungan ke lokasi kecelakaan pada hari Selasa (31/12). Hasil pemeriksaan mereka masih belum diketahui.
Kim E-bae, Presiden Jeju Air, mengatakan kepada wartawan pada hari Selasa bahwa perusahaannya akan menambah lebih banyak petugas pemeliharaan pesawat dan mengurangi operasi penerbangan 10-15 persen hingga Maret, sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan keselamatan penerbangan pesawatnya.
John Hansman, pakar penerbangan dari MIT, mengatakan, kecelakaan itu kemungkinan besar disebabkan oleh masalah pada sistem kontrol hidrolik pesawat. Hal ini itu sesuai dengan kondisi roda pendaratan dan sirip sayap pesawat yang tidak digunakan “dan mungkin mengindikasikan masalah kontrol yang akan menjelaskan mengapa pesawat itu terburu-buru mendarat,” tambahnya.