Sebab di hampar selat dan teluk ini
usai segala pelayaran menepi
sekian abad para leluhur telah hidup berdamping
membuat daseng, perbaiki perahu
dengan iman berbeda
ritual dan doa berbeda
namun haluan dan buritan setia dirawat bersama
geladak selalu bersih karena saling percaya
benih amal mereka tabur di laut yang sama
samudra kemanusiaan tanpa sekat dan zona
lalu langit virtual terusik lini masa
sosial media siarkan kecamuk nestapa
entah ego siapa membubung lampaui menara dan kubah-kubah kedamaian
amarah siapa meruncing kalahkan denting
lonceng minggu pagi
kesumat tak beralamat merobek merdu lantunan suara azan
sekejap batinku terhentak
nadi dan jantungku seakan tak berdetak
jiwaku remuk
syair-syairku tak berbentuk
aku tulis larik-larik pilu ini dengan hati
digenangi air mata, dada sesak
ingin semburkan sumpah serapah
tapi entah pada siapa
tolong jangan lukai syairku
sebab aku tak ingin kehilangan lirik
sebagai rasa syukur atas seluruh berkah ilahi
sebab perbedaan adalah bunga dalam taman
hidup dan tumbuh mekar warna-warni
bagai sebuah harmoni
puisiku akan terus setia mengingatkan
bahwa pertengkaran adalah api
leluasa membakar taman kehidupan
pertikaian adalah asap beracun
sanggup hancurkan peradaban
tolong hentikan suara-suara keras itu
tolong redam semua teriakan tak bermutu
ganti dengan lagu tentang kasih dan ukhuwah
dengan masmur dan sari tilawah
dengan kidung jemaat dan shalawat
agar biduk demokrasi ini kan terus berlayar
penuh damai
***
========
Jamal Rahman Iroth, 25/11/2023